IPTEK membersamai IMTAQ
April 17, 2020
Edit
Seorang mahasiswa heran ketika selesai pulang dari Masjid
padahal dia usai shalat Jum'at berjamaah. Herannya dia "Kok saya setelah
mendengar khutbah khotib Jumat tadi, makin bingung ya?" Katanya heran.
Yang tidak diceritakan ialah ia ketiduran. Jangan-jangan bingungnya karena
tertidur dan bangun pas waktu iqamah. Sehingga tidak mendengarkan isi khutbah
khotib dari awal, lalu yang ditangkap kalimat terakhir dari Khotib tersebut.
Salam Perjuangan!!! Salam Literasi!!!
Ada guyonan bahwa untuk mengetahui kita berhasil berjamaah
shalat Jum'at dengan baik atau tidak, maka cara mudah ialah dengan tidak tidur
ketika khotib menyampaikan khutbah Jum'at nya. Jika tertidur dari awaltabdanya
tidak bisa mengendalikan diri, tidak sesuai dengan tujuan shalat Jum'at. Ini hanya bercanda. Tentu saja
kualitas ibadah shalat Jum'at baik dan tidak baik bukan diukur dengan tidur
atau terbuka nya mata ketika mendengar khutbah. Tujuan shalat Jum'at tidak
untuk hanya mendengar ceramah. Akan tetapi memperkuat tali persaudaraan sesama
umat muslim.
Ketika kita berjamaah di masjid, jadwal shalat kita tepat
waktu. Ada Adzan dan iqomah, ini beda dengan ketika kita ibadah shalat sendiri
dirumah.
Mahasiswa ini hanya
mendengar ucapan "IPTEK dan imtaq harus berjalan bersama". Dari
sinilah yang membuat mahasiswa ini menjadi heran. Karena dia tidak mengikuti
dari awal ceramah sang Khotib. Dari ucapan itu rasanya adalah sudah menjadi
semboyan yang sering kita dengar dalam ceramah-ceramah dan majlis ta'lim.
Rasanya, masa wabah sekarang ini adalah saat tepat untuk menguji semboyan yang
sering diucapkan oleh Khotib. Caranya adalah: para pemilik imtaq mau
mendengarkan apa yang dikatakan oleh para dokter dan para pakar virus. Yaitu
notabene adalah para pemilik iptek.
Tentu ini juga sejalan dengan apa yang kita alami sekarang.
Dimana warga Indonesia dihadapkan dengan pandemi covid19 yang semakin mengganas
yang sudah menjangkiti hampir dua seluruh wilayah Indonesia dan memakan
korban sampai ratusan.
Selaras semboyan andalan para Khotib dimana IPTEK dan imtaq
harus berjalan bersama. Maka sesungguhnya berjalan bersama adalah komitmen antara teknologi dan
islam. Selamat pandemi covid19 terus menerus kita dilatih bisa mengendalikan
ego seorang muslim yang enggan dan memberi jarak pada teknologi yang terus
meningkat dan maju ini. Mengapa harus berlatih mengendalikan ego?
Karena orang yang tidak mampu mengendalikan ego maka akan
mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya bahkan celaka. Ibarat kendaraan yang
tidak ada remnya. Atau ada tapi remnya blong, tidak berfungsi. Pasti sangat
berbahaya. Bahayakah untuk dirinya sekaligus bahaya bagi orang lain. Sama
halnya dengan kasus pandemi Covid19 ini, dimana kita diminta untuk menaati
pedoman kesehatan yang dihasilkan oleh pemilik imtaq yaitu dokter dan para ahli
virus.
Memang tidak mudah menjalankan sebuah himbauan tersebut.
Namun dalam hal ini mari kita turut samina' wa Atho'na kepada himbaun pedoman
kesehatan dan pemerintah.
Lebih dari itu banyak pelajaran yang kita petik dalam
peristiwa pandemi covid19 ini. Ibarat anak sekolah yang sedang melaksanakan
ujian. Hanya beberapa jam melaksanakan ujian sekolah. Sama halnya ini manusia
diuji tidak dengan kesusahan yang berlarut-larut, karena Allah SWT tidak akan
memberi ujian diluar kemampuan hambanya.
Sebagai iktibar jangan lupa tetap ngaji, amalkan yang baik, dan
lestarikan aktivitas-aktivitas keislaman.
Dendi Yusuf Prasetiyo
Mahasiswa Studi Agama-agama Universitas Muhammadiyah
Surabaya
Salam Perjuangan!!! Salam Literasi!!!